Cerpen: 'Tempoer' Spesial Kemerdekaan
Cerpen: Tempoer Spesial Kemerdekaan |
Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Selamat datang di SerambiCatatan.Com, Tidak terasa negeri ini sudah mau memasuki usia kemerdekaan yang ke 74th. Banyak permasalahan yang muncul di negeri ini. Sana sini mencoba merongrong negeri tercinta ini, Semoga negeri ini bisa utuh hingga dunia berakhir kelak. Satu lagi semoga gak ada drama-drama perpecahan lagi yang membuat konsentrasi kita hanya terfokus kesana.
Tujuh puluh empat tahun bukan waktu yang singkat, untuk mencapai kemerdekaan saja bayangkan berapa juta jiwa yang menjadi korban. Lantas mengapakita masih saling menjatuhkan sesama Putra tanah air?
Saya tak perlu menguasai kekayaan negeri ini, saya hanya ingin hidup bahagia di negeri kita cinta ini
Semangat kemerdekaan di bulan ini pastinya sudah berada di puncak yang tinggi. Saya Admin SerambiCatatan.Com ingin ikut andil dalam merayakan kemerdekaan. Melalui karya tulis ceri pendek dengan bertemakan perjuangan saya ilustrasikan perjuangan para terdahulu kita. Cerita yang saya buat ini bertujuan untuk kembali mengingatkan kita akan perjuangan para pendahulu kita.
Disclaimer : Mohon maaf bila ada kesamaan nama, tempat dan peristiwa. Ini hanya sebagai pengingat kita tentang penjuangan pendahuu kita yang terinspirasi dari kisah Jendral Sudirman yang berjuang secara gerilya.
Baiklah langsung saja selamat membaca. Semangat :)
--------------
Author : R Ayi Hendrawan Supriadi
Author : R Ayi Hendrawan Supriadi
Publisher : SerambiCatatan.Com
Tempoer
Tempo dulu jauh sebelum proklamasi negeri berdiri terucap, saya lahir di sebuah desa yang jauh di pelosok. Suara ledakan seakan mengalahkan jerit tangis Dirman kecil. Dengan beratap daun kelapa, membuat suara diluar sana terdengar jelas.
Dirman, itulah nama yang oang tua saya berikan sebagai doa dalam menjalani hidup. Kala itu untuk mengikuti sekolah sangat sulit, kami kaum pribumi hanya menjadi penonton. Dengan keuletan yang dimiliki ku salalu menyempatkan waktu untuk mengenal bacaan.
Iri hati ini melihat para penjajah yang bisa duduk manis di bangku sekolah, Aku bertekad suatu saat nanti aku akan duduk disana dan membawa generasi emas negeri ini jua. Omong kosong semua ini, aku harus ikut berjuang untuk mewujudkannya, pikir ku.
Tepat usia 15 tahun aku mendapatkan informasi bahwa akan ada pejuang gerilya yang akan menginap didesa kami. Hati kecil ini seraya berkata untuk menyiapkan mental dan ikut Tempoer bersama mereka.
Mengikuti perasaan tadi aku segera menghampiri orang tua dan meminta izin untuk ikut berjuang. Dengan semangat dan diiringi doa restu, saya yakin akan membawa negeri ini merdeka.
Kala itu hari kamis malam, menjadi saksi sejarah awal perjuangan ku. Merdeka atau mati adalah pilihanku. Semua ini demi sebuah kata merdeka untuk negeri tercinta.
Banyak darah mengalir dalam setiap langkah ini, sepanjang mata memandang kulihat lautan bangkai manusia tak berdosa yang mati akibat ke brutalan penjajah bengis.
Kesedihan semakin bertambah ketika mendengar bahwa kampung saya telah hancur di babi buta oleh penjajah. Karena penjajah telah mengetahui bahwa pasukan gerilya pribumi bermalam disana. Rasa berdosa selalu terngiang di pikiran dan hati ini, menyesal telah meninggalkan kedua orang tua saya. Namun ini baru dimulai, nyawa harus di tukar nyawa.
Emosi yang masih labil membuat amarah ini bergejolak tak karuan. Perintah awal yang harusnya melakukan tempur secara gerilya sudah tak ku hiraukan. Tanpa pikir panjang dikala pasukan penjajah sedang isirahat, emosi yang semakin begejolak ini membawa saya mendatangi mereka untuk membalas dendam.
Namun itu semua tidak berjalan sesuai yang saya bayangkan. Pertempuran terjadi tanpa persiapan yang matang, mereka penjajah yang dibekali senjata menembaki teman perjuangan saya hingga banyak yang berguguran. Semua ini salah saya yang tidak bisa mengendalikan emosi sehingga kacau seperti ini.
Semakin bertambah panjang daftar kehilangan orang terdekat saya yang gugur tertembak tinta panas. Semakin bersemangat rasanya melihat semua yang terjadi ini. Semakin kuat tekad yang ku miliki untuk mengusir penjajah dari bumi negeri.
Bersama orang-orang yang selamat kami mundur untuk mengurangi pertumpahan darah lebih banyak. Masuk ke dalam hutan untukmencari persembunyian selama membuat strategi yang tepat. Waktu terus beralu, dan banyak tempat yang kami singgahi.
Hari ke hari membuat saya lebih dewasa. Tepat di usia saya yang ke 17 tahun, petempuran itu di mulai dengan persiapan yang matang. Sabtu malam saat mereka sedang berpesta kami menyelinap masuk ke gudang persenjataan yang terihat bagai danau di padang pasir. Begitu banyak senjata yang kami perlukan untuk melawan penjajah.
Alhasil semua persenjataan sudah kami kuasai dan pertempuran itu terjadi.
Dendam dan amarah ikut masuk disana, bambu runcing yang ku pegang langsung tertuju mencari jendral penjajah yang kala itu membumi hanguskan orang tua saya.
Pertumpahan darah sudah tak terhelakkan lagi, darah sudah merubah baju yang saya kenakan hingga berwarna merah.
Pasukan kami hampir menang dan saya datangi jendral penjajah lalu saya hunuskan bambu runcing di tangan ke perut Jendral, teriakan kesakitan yang ku dengar menjadi sebuah kepuasan yang ku miliki.
Ketika ku berbalik badan terdengar suara pelatuk tinta panas keluar dan menyasar tepat dijatungku. Darah kembali tertumpahkan, dan membuat saya sudah tidak bisa lagi bertahan. Ini kisah akhir yang ku tuliskan. Berakhir dengan kematian saya demi memerdekakan negeri tercinta.
Saya hanya mampu mengucap ʾašhadu ʾal lā ilāha illa l-Lāh wa ʾašhadu ʾanna muḥammadar rasūlu l-Lāh MERDEKA ALLAHU AKBAR'
--------------
Semakin bertambah panjang daftar kehilangan orang terdekat saya yang gugur tertembak tinta panas. Semakin bersemangat rasanya melihat semua yang terjadi ini. Semakin kuat tekad yang ku miliki untuk mengusir penjajah dari bumi negeri.
Bersama orang-orang yang selamat kami mundur untuk mengurangi pertumpahan darah lebih banyak. Masuk ke dalam hutan untukmencari persembunyian selama membuat strategi yang tepat. Waktu terus beralu, dan banyak tempat yang kami singgahi.
Hari ke hari membuat saya lebih dewasa. Tepat di usia saya yang ke 17 tahun, petempuran itu di mulai dengan persiapan yang matang. Sabtu malam saat mereka sedang berpesta kami menyelinap masuk ke gudang persenjataan yang terihat bagai danau di padang pasir. Begitu banyak senjata yang kami perlukan untuk melawan penjajah.
Alhasil semua persenjataan sudah kami kuasai dan pertempuran itu terjadi.
Dendam dan amarah ikut masuk disana, bambu runcing yang ku pegang langsung tertuju mencari jendral penjajah yang kala itu membumi hanguskan orang tua saya.
Pertumpahan darah sudah tak terhelakkan lagi, darah sudah merubah baju yang saya kenakan hingga berwarna merah.
Pasukan kami hampir menang dan saya datangi jendral penjajah lalu saya hunuskan bambu runcing di tangan ke perut Jendral, teriakan kesakitan yang ku dengar menjadi sebuah kepuasan yang ku miliki.
Ketika ku berbalik badan terdengar suara pelatuk tinta panas keluar dan menyasar tepat dijatungku. Darah kembali tertumpahkan, dan membuat saya sudah tidak bisa lagi bertahan. Ini kisah akhir yang ku tuliskan. Berakhir dengan kematian saya demi memerdekakan negeri tercinta.
Saya hanya mampu mengucap ʾašhadu ʾal lā ilāha illa l-Lāh wa ʾašhadu ʾanna muḥammadar rasūlu l-Lāh MERDEKA ALLAHU AKBAR'
--------------
Selesai sudah karya tulis cerpen yang saya tulis untuk ikut serta dalam menyemarakan kemerdekaan. Kita sebagai generasi penerus bangsa sudah sepatutnya untuk menjaga kemerdekaan dan persatuan ini. Jangan biarkan orang-orang diluar sana membuat kita di adu domba yang kedua kalinya.
Semangat persatuan semoga terus terjaga hingga bumi kita ini di berhentikan oleh Allah Subhanuhu Wa Ta'ala.
Terimakasih suah berkenan untuk membacanya jangan lupa untuk membagikan cerita ini ke sosial media mu agar mereka juga tau tentang Cerpen: Tempoer Spesial Kemerdekaan. Jangan lupa untuk tinggalkan jejak komentar positifnya, sampai jumpa di post selanjtnya.
Baca juga Cerpen Sebelumnya Cerpen: Kawan Gua Pengkhianat
Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Daftar Pustaka
Sumber Gambar : https://jambi.tribunnews.com
Tags:
Cerpen Spesial Kemerdekaan
Cerpen Perjuangan
Contoh Cerpen Perjuangan
Cerpen Terbaru 2019
Luar biasa cerpen nya. Kayaknya dari dulu udah biasa buat cerpen ya? Hehe. Ane mah kalo buat cerpen malah ceritanya kemana2, akhirnya inti dari ceritanya susah dipahami deh :-D
ReplyDeleteOh ya, kalo mas suka dengan konten yang berkaitan dengan video games mungkin bisa kunjungin blog ane di hazgamezone .com
Terimakasih
Terimakasih mas atas kunjungan dan kmentar positifnya. Alhamdulillah saya suka menulis sejak 2012 mas.
DeleteDengan senang hati mas saya berkunjung
Sejak masih jaman sekolah saya suka sekali baca cerpen. Bisa meningkatkan jumlaj kosa kata baru
ReplyDeleteBetul sekali mba, selamat membaca
DeleteBagus sekali min sebentar lagi akan memperingati kemerdekaan makin semangat... Terima kasih
ReplyDeleteItu memang tujuannya, memberikan tambahan semangat positif baru bagi para pembacanya
DeletePas banget di bulan agustus ini,asli bagus cerpen nya...
ReplyDeleteAlhamdulillah terimakasih banyak mas, pastikan orang disekitar juga bisa semangat
DeleteMerdeka untuk Indonesia, 17 Agustus
ReplyDeleteMerdeka, semangat mas
DeleteWah mantap tentang kemerdekaan, sebentar lagi 17an nih.. lanjutkan
ReplyDeleteIya mas insyaallah, saat ini saya sedang proses membuat teks dramanya. agar bisa diperankan oleh pemain. Barangkali ada yang berminat bisa di tunggu hingga release
DeleteOkk mas semoga lancar buat teks dramanya, cepat selesai dan sukses dramanya..
Delete